Selasa, 22 Oktober 2013

Membuat Dedak Fermentasi Untuk Pakan Ternak Ayam



Fermentasi merupakan proses pembiakan protein sel tunggal. Protein sel tunggal yang biasa di pakai adalah yang di produksi dengan media kultur cair missal : kefir, yoghurt, asam cuka. Sedang protein sel tunggal media subtract padat missal : oncom, tempe, tempe, kecap.

Tujuan awal fermentasi untuk meningkatkan nilai tercernak pakan, sehingga penyerapan nilai nutrisi pakan lebih optimal, yang pada akhirnya seharusnya produktivitas akan meningkat.
BAHAN DAN ALAT : 
dedak segar 3 kg, 
gula pasir 1 kg, 
EM-4 peternakan 1 liter, 
air secukupnya kira kira 3 liter, 
baskom/ember. 
CARA PEMBUATAN :
- Aduk cairan EM-4,gula pasir dan air sampai gula bener2 larut. 
Dedak ditempatkan dalam baskom/ember dan aduk rata dengan cairan EM-4 tadi. 
Adonan pakan tadi kita fermentasikan selama 5 malam, tutup dengan kain. 
Setiap pagi buka sebentar kira kira 15 menit. 
Setelah 5 hari udah bisa diberikan kepada ayam.



KEUNTUNGAN :
menambah nafsu makan ternak,
kualitas pakan jd meningkat krn proteinnya tinggi,
kotoran ayam kurang berbau, 
sebagai bahan pengganti pakan pabrik, 
- menghemat biaya pembelian pakan ternak
- ayam menjadi lebih sehat

Minggu, 20 Oktober 2013

Analisa Usahatani Padi Sawah



Bagi Anda yang ingin membuat perencanaan dan analisa terkait budidaya padi, mungkin tulisan ini dapat memberikan sedikit gambaran tentang bagaimana menganalisa kebutuhan biaya sampai dengan tahap akhir yaitu keuntungan. 
Adapun rincian analisa usahatani padi sawah dengan menggunakan salah satu varietas contohnya Varietas Ciherang dengan sistem tanam Jajar Legowo, dengan luasan 1 Ha sawah pada 1 kali musim tanam adalah sebagai berikut :

No.
Uraian
Jumlah (Rp)
A.
Modal

1
Benih, 30 kg @ Rp. 8.000
    240.000
2
Pupuk kandang 1000 kg @ Rp. 1.000
 1.000.000
3
Pupuk Urea, 150 kg @ Rp. 1.300
    195.000
4
Pupuk SP36, 100 kg @ Rp. 2.200
    220.000
5
Pupuk NPK Ponska 300 kg @ Rp. 2.300
    690.000
6
Petroganik, 1000 kg @ Rp. 500
    500.000
7
Pestisida / Insektisida, 2 liter @ Rp. 75.000
    150.000

Jumlah Modal (A)
 2.995.000



B.
Biaya Operasional / Upah Kerja

1
Pengolahan lahan 30 HOKp @ 30.000 atau borongan
   900.000
2
Pencabutan bibit + penanaman 20 HOKw @ Rp. 17.500
   350.000
3
Penyiangan + pemupukan ke-1 16 HOKp @ Rp. 30.000
   480.000
4
Penyiangan + pemupukan ke-2 16 HOKp @ Rp. 30.000
   480.000
5
Penyemprotan 4 HOKp @ Rp. 30.000
   120.000
6
Panen dan pasca panen 12 HOKp @ Rp. 30.000
   360.000
7
Biaya pengeringan 8 HOKp @ Rp. 30.000
   240.000

Jumlah Biaya Operasional (B)
 2.930.000

Pengeluaran (A+B)
 5.325.000



A.   Pendapatan
Hasil Panen misalkan 7,5 ton GKP per hektar. Setelah dikeringkan susut 18 %, maka hasilnya 6,15 ton GKG per hektar.
Harga 1 kg GKG adalah Rp. 3.500.
Maka hasil yang diperoleh           = 6.150 kg x Rp. 3.500
= Rp. 21.525.000.

B.   Keuntungan

= Pendapatan – Biaya Pengeluaran

= Rp. 21.525.000 – Rp. 5.325.000
= Rp. 16.200.000
Bila dalam 1 musim tanam adalah 4 bulan, berarti dalam 1 bulan keuntungannya
= Rp. 14.765.000 : 4 bulan
= Rp. 3.691.250

C.   Analisis
Return and Cost Ratio (R/C ratio)           = Pendapatan / Total Biaya
                                                                 = 21.525.000 / 5.325.000
                                                                 = 4,04
Jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu maka usaha tani tersebut layak. Sebaliknya jika nilai R/C ratio kurang dari satu maka usaha tani tersebut tidak layak.
Maka, hasil analisa diatas menunjukkan bahwa nilai R/C ratio 4,04 > 1 berarti usahatani tersebut layak.
Dalam budidaya padi sawah, keuntungan yang wajar yang dihasilkan dalam 1 kali panen untuk luasan 1 Ha berkisar antara Rp. 15.000.000 s/d Rp. 20.000.000.

Analisa diatas hanya sebagai acuan, kebutuhan bahan dan biaya-biaya lain menyesuaikan keadaan lokasi masing-masing.

Terima kasih.

Konversi GKP ke GKG 2012


Salah satu informasi yang sangat penting sebagai dasar pengambilan kebijakan terkait komoditas padi/beras adalah data produksi, yang merupakan hasil perkalian antara luas panen dan produkstivitas. Selama ini produktivitas yang diperoleh dari hasil survei ubinan adalah dalam kualitas gabah kering panen (GKP). Sementara data produksi yang dipublikasikan BPS adalah dalam kualitas gabah kering giling (GKG) dan data yang diperlukan Pemerintah dalam perumusan kebijakan pangan adalah dalam bentuk beras. Penghitungan produksi padi/beras dari GKP ke GKG dan dari GKG ke beras dilakukan dengan menggunakan angka konversi GKP ke GKG dan konversi GKG ke beras.

Angka konversi dari GKP ke GKG dinyatakan dalam persen. Angka ini menunjukkan banyaknya GKG yang diperoleh setelah proses pengeringan GKP, yang dalam hal ini dipengaruhi oleh dua komponen, yaitu pengurangan kadar air dan kehilangan secara fisik (susut) selama proses pengeringan. Angka konversi pengeringan gabah dari GKG ke GKP menurut hasil survei konversi gabah ke beras oleh BPS pada tahun 2012 secara nasional adalah sebesar 83,12 persen. Angka ini terpaut selisih 2,90 poin lebih rendah dibanding angka konversi pada tahun 2005-2007. 

Angka konversi GKP ke GKG menurut provinsi, 2012

Sumber : Deptan

Senin, 07 Oktober 2013

Tipe Budidaya Padi Dengan Jajar Legowo


Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian pedesaan. Sejak tahun awal tahun 2007 pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan produksi beras 2 juta ton pada tahun 2007 dan selanjutnya meningkat 5% per tahun hingga tahun 2009. Untuk mencapai target atau sasaran tersebut maka diluncurkan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan mengimplementasikan 4 (empat) strategi yaitu
1.    Peningkatan produktivitas,
2.    Perluasan areal,
3.    Pengamanan produksi, dan
4.    Kelembagaan dan pembiayaan serta peningkatan koordinasi (Badan Litbang Pertanian, 2007a; Purwanto, 2008).
Menurut Sembiring (2008) keberhasilan peningkatan produksi padi lebih banyak disumbangkan oleh peningkatan produktivitas dibandingkan dengan peningkatan luas panen. Pada periode 1971 – 2006 peningkatan produktivitas memberikan konstribusi sekitar 56,1%, sedangkan peningkatan luas panen dan interaksi keduanya memberikan kontribusi masing-masing 26,3% dan 17,5% terhadap peningkatan produksi padi.
SISTEM JAJAR LEGOWO
Legowo menurut bahasa jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo” yang berarti panjang. Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam tersebut juga memanpulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.
Legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun maupun antar barisan, sehingga terjadi pemadatan rumpun padi di dalam barisan dan memperlebar jarak antar barisan. Pada sistem jajar legowo dua baris semua rumpun padi berada di barisan pinggir dari pertanaman. Akibatnya semua rumpun padi tersebut memperoleh manfaat dari pengaruh pinggir (border effect). Permana (1995) melaporkan bahwa rumpun padi yang berada di barisan pinggir hasilnya 1,5 – 2 kali lipat lebih tinggi dari produksi pada yang berada di bagian dalam.
Paket budidaya tanaman padi sawah sistem legowo merupakan paket teknologi yang dikembang kan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi beras dalam upaya pemerintah dalam kegiatan intensitifikasi pertanian dalam kegiatan pembangunan pertanian.
Sistem legowo ini memilki pola tanam monokultur dengan populasi tananam 37.000/Ha. Penyemaian benih pada sistem legowo ini dengan cara benih disebar pada bedengan-bedengan yang terisolasi di luar areal penanaman Bibit dipindahkan ke lahan pada umur 21 hari. Bila lokasi penanaman terdapat penyakit akar gada, maka penyemaian dilakukan pada kantong plastik atau kantong yang dibuat dari daun pisang dan tanah diambil dari lokasi yang belum terinfeksi penyakit tersebut, kemudian bibit baru dipindahkan ke lapangan pada umur 45 hari.
Keuntungan Penanaman padi dengan sistem jajar legowo dua barias diantaranya:
1.    Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir),
2.    Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah,
3.    Penyediaan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas atau untuk mina padi, dan
4.    Penggunaan pupuk lebih berdaya guna (suhendrata et al, 2004: badan litbang pertanian, 2007a; suhendrata et al, 2008).
Ada beberapa tipe sistem tanam jajar legowo:
1.    Jajar legowo 2:1. Setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan.
2.    Jajar legowo 3:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir dirapatkan dua kali dengan jarak tanam yang ditengah.
3.    Jajar legowo 4:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Demikian seterusnya. Jarak tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang ditengah.


Untuk menghitung peningkatan populasi dengan sitem tanam jajar legowo bisa menggunakan rumus : 100% X  1 : ( 1 + jumlah legowo).
Contoh :
  • ·         Untuk legowo 2:1 peningkatan populasinya adalah :  100%  X  1 : (1 + 2) = 30%
  • ·         Untuk legowo 3:1 peningkatan populasinya adalah :  100%  X  1 : (1 + 3) = 25%
  • ·         Untuk legowo 4:1 peningkatan popuasinya adalah :  100%  X  1 :  (1 + 4) = 20%
  • ·         Untuk legowo 5:1 peningkatan popuasinya adalah :  100%  X  1 :  (1 + 5) = 16,6%


Berdasarkan hasil pengkajian menunjukkan bahwa tanam sistem jajar legowo dua baris dengan jarak tanam 20 x 10 x 40 cm dapat meningkatkan produksi antara 560 – 1.550 kg/ha dibandingkan dengan taman sistem tegel dengan jarak tanam 20 x 20 cm, dan R/C meningkat dari 1,16 menjadi 1,43 dengan peningkatan keuntungan Rp1.352.000/ha (Widarto dan Yulianto, 2001).
Hasil pengkajian yang dilaksanakan di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo pada MT I 2007/2008 (November 2007- Maret 2008) menunjukkan bahwa dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo 4:1 (empat baris) dapat meningkatlkan produktivitas padi varietas Cisantana rata-rata ± 1,03 t/ha atau 18,00% dibandingkan dengan sistem tanam tegel, sedangkan system tanam jajar legowo 2:1 (dua baris) di Desa Gapuro, Kecamatan Warung Asem, Kabupaten Batang pada MT II (Juni – September) 2007 dapat meningkatkan produktivitas padi varietas Mekongga rata-rata ± 1,01 t/ha atau 14,15% dibandingkan dengan sistem tanam tegel.
Adapun manfaat sistem tanam jajar legowo adalah:
1.    Menambah jumlah tanaman padi seperti perhitungan diatas
2.    Otomatis juga akan meningkatkan produksi tanaman padi
3.    Memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir
4.    Mengurangi serangan penyakit
5.    Mengurangi tingkat serangan hama
6.    Mempermudah dalam perawatan baik itu pemupukan maupun penyemprotan pestisida
7.    Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian dalam baris tanaman

Selain manfaat sistem tanam jajar legowo juga punya kelemahan antara lain:
1.    Membutuhkan tenaga tanam yang lebih banyak dan waktu tanam yang lebih lama pula
2.    Membutuhkan benih yang lebih banyak dengan semakin banyaknya populasi.
3.    Biasanya pada legowonya akan lebih banyak ditumbuhi rumput

Sumber : 
http://www.gerbangpertanian.com/2011/02/cara-meningkatkan-produksi-tanaman-padi.html 
http://umiarsih.wordpress.com/2012/05/13/jarak-tanam-pada-budidaya-padi-dengan-sistem-jajar-legowo/